Selasa, 13 Maret 2012

Cerita Jaka Budug

Cerita Jaka Budug adalah sebuah kisah mistis yang memuat filosofi kesalah-pahaman. Konteks cerita Jaka Budug melatar belakangi mitos terjadinya beberapa tempat di daerah Ngawi,khususnya di kecamatan Sine dan sekitarnya.


Di kisahkan : Baginda prabu Arya Seta(1) yang bertahta di kerajaan Ringin Anom(1) terkenal adil dan bijaksana dalam memerintah,ia memiliki seorang anak perempuan cantik bernama Rara Kemuning,yang konon tubuhnya sangat harum bagai bunga kemuning. Putri ayu Rara Kemuning sangat gemar bercocok tanam dan menata taman istana ataupun luar istana,sehingga tak mengherankan jika keadaan Kerajaan Ringin Anom yang berada di kaki gunung lawu pada saat itu sangat indah,dan terasa nyaman bagi siapapun yang tinggal di dalamnya. Jalan-jalan tampak teduh,taman istana begitu asri tertata rapi,dengan pemandangan gunung dan bukit(2) yang ada di sekitarnya,sehingga banyak orang memuji kecantikan dan kepandaianya.

***
Pada suatu hari,Putri Ayu Rara Kemuning tiba-tiba terserang penyakit aneh. Tubuh yang biasanya berbau harum,tiba-tiba mengeluarkan bau tidak sedap. Melihat kondisi putrinya,Sang Prabu menjadi sedih,karena khawatir tak ada seorang pemudapun yang mau menikahi putrinya. Baginda berusaha melakukan berbagai hal,mulai memberinya obat-obatan tradisional,dengan minum berbagai ramuan tanaman dan dedauan,namun penyakit sang putri tak juga sembuh,usaha terakhir yang di lakunanya adalah mengundang seluruh tabib yang ada di negeri Ringin Anom pada saat itu,namun tak seorang pun mampu menyembuhkan penyakit aneh yang di derita sang Putri.

Melihat keadaan ini,hati Prabu Arya Seta semakin gundah. Ia sering duduk melamun memikirkan nasib malang yang menimpa putri semata wayangnya. Pada suatu hari,tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk melakukan semedi dan meminta petunjuk kepada Sang Hyang Widi,agar penyakit langka yang menimpa putrinya dapat disembuhkan.
Pada tengah malam,Sang Prabu dengan tekad kuatnya dan hati yang suci melakukan semedi. Ketika baginda sedang larut dalam semedi,tiba-tiba terdengar bisikan halus yang sangat jelas di telinganya.

“Dengarlah,wahai Arya Seta..!!! Jika engkau ingin putrimu sembuh seperti semula,satu-satunya obat yang dapat menyembuhkanya adalah daun sirna ganda.(3) Daun itu hanya tumbuh di dalam gua di kaki Gunung Arga Dumadi yang dijaga oleh seekor ular naga sakti dan selalu menyemburkan api dari mulutnya,” pesan suara gaib itu.

Setelah mendapat petunjuk dalam semedinya,hati sang prabu tetap saja masih sedih,karena belum menemukan cara,bagaimana mendapatkan daun sirna ganda yang di maksud oleh suara ghaib dalam semedinya. Beberapa punggawa kerajaan dan penasehat istana di kumpulkan untuk bermusyawarah,tentang siapa yang pantas melakukan tugas ini,namun tidak ada yang sanggup melakukan tugas berat yang di utarakan oleh Prabu arya Seta. Akhirnya atas usul Maha Patih Kebo Rejeng,maka di adakanlah sayembara demi kesembuhan Putri Ayu Rara Kemuning dari sakit yang di deritanya.

Keesokan harinya,Prabu Arya Seta segera mengumpulkan seluruh rakyat Ringin Anom di alun-alun untuk mengadakan sayembara yang isinya.

“Wahai,seluruh rakyatku..!!! Kalian semua tentu sudah mengetahui perihal sakitnya putriku. Setelah bersemedi,aku mendapatkan petunjuk bahwa putriku dapat di sembuhkan dengan daun sirna ganda yang tumbuh dalam gua di kaki Gunung Arga Dumadi. Barang siapa yang berhasil mempersembahkan daun itu untuk putriku,jika ia laki-laki akan kunikahkan dengan putriku. Namun,jika ia perempuan,akan kuangkat menjadi anakku,” ujar Sang Prabu di depan rakyatnya.
Mendengar pengumuman itu, seluruh rakyat Kerajaan Ringin Anom menjadi gempar. Berita tentang sayembara itu pun tersebar hingga ke seluruh pelosok negeri. Banyak warga yang tidak berani mengikuti sayembara tersebut,karena mereka semua tahu bahwa gua itu dijaga oleh seekor naga sakti dan sangat ganas. Bahkan, sudah banyak warga yang menjadi korban keganasan naga itu. Meski demikian, banyak pula warga yang memberanikan diri untuk mengikuti sayembara tersebut karena tergiur oleh hadiah yang dijanjikan oleh Sang Prabu. Setiap orang pasti akan senang jika menjadi menantu atau pun anak angkat raja.
Salah seorang pemuda yang ingin sekali mengikuti sayembara tersebut adalah Jaka Budug. Jaka Budug adalah seorang pemuda miskin yang tinggal di sebuah gubuk reyot bersama ibu angkatnya yang sudah menjanda di sebuah desa terpencil di wilayah Kerajaan Ringin Anom. Ia dipanggil “Jaka Budug” karena mempunyai penyakit langka, yaitu seluruh tubuhnya dipenuhi oleh penyakit budug. Penyakit aneh itu sudah di deritanya sejak masih kecil. Meski demikian, Jaka Budug adalah seorang pemuda yang sakti. Ia sangat mahir dan gesit memainkan keris pusaka yang di warisi dari almarhum ayahnya dan di ajarkan oleh guru-gurunya selama dalam perjalanan sebelum tinggal dan sampai di Kerajaan Ringin Anom. Dengan kesaktiannya itu, ia ingin sekali menolong sang Putri. Namun, ia merasa malu dengan keadaan dirinya.

***
Sementara itu, para peserta sayembara telah berkumpul di kaki Gunung Arga Dumadi untuk menguji kesaktian mereka. Sejak hari pertama hingga hari keenam sayembara itu di langsungkan, belum satu pun peserta yang mampu mengalahkan naga sakti itu. Jaka Budug pun semakin gelisah mendengar kabar itu.
Pada hari ketujuh, Jaka Budug dengan tekadnya yang kuat memberanikan diri datang menghadap kepada Sang Prabu. Di hadapan Prabu Arya Seta, ia memohon izin untuk ikut dalam sayembara itu.
“Ampun..,Baginda..!!! Izinkan hamba mengikuti sayembara ini,untuk meringankan beban Sang Putri,” pinta Jaka Budug.
Prabu Arya Seta tertegun tidak menjawab. Ia terdiam sejenak sambil memperhatikan Jaka Budug yang buruk rupa,serta tubuhnya yang di penuhi bintik-bintik putih kemerahan. Hatinya galau,andai pemuda itu berhasil,apakah putri Rara Kemuning bersedia menjadi istrinya.
“Kamu siapa..,hai anak muda..???
Dengan apa kamu bisa mengalahkan naga sakti itu?” tanya Sang Prabu.
“Hamba Jaka Budug, Baginda. Hamba akan mengalahkan naga itu dengan keris pusaka hamba ini,” jawab Jaka Budug seraya menunjukkan keris pusakanya kepada Sang Prabu.
Pada mulanya,Prabu Arya Seta ragu-ragu dengan kemampuan Jaka Budug. Namun,setelah Jaka Budug menunjukkan keris pusakanya dan tekad yang kuat,dan Sang Prabu Arya Seta adalah Raja yang di kenal adil dan bijaksana,tak mungkin ia membeda-bedakan keadaan rakyatnya,akhirnya sang Prabu menyetujuinya dan berkatalah ia :
“Baiklah..,Jaka Budug..!!! Karena engkau rakyatku dan tekadmu yang kuat,maka keinginanmu kuterima. Semoga kamu berhasil!”
Sembah Jaka Budug : "Ampun,Baginda..!!! Hamba mohon kepada Tuanku Sang Raja,sebelum melaksanakantugas, apakah diperkenankan melihat keadaan Sang Putri?"
"Silahkan." Jawab Sang Baginda.
Setelah melihat keadaan Putri Kemuning, Jaka Budug mohon diri untuk melanjutkan tugas mengambil daun Sirna Ganda. Jaka Budug pun berangkat menuju Gua di Gunung Arga Dumadi(4) dengan tekad membara. Ia harus mengalahkan naga itu dan membawa pulang daun sirna ganda. Setelah berjalan cukup jauh, sampailah ia di kaki gunung Arga Dumadi. Dari kejauhan, ia melihat semburan-semburan api yang keluar dari mulut naga sakti penghuni gua. Ia sudah tidak sabar ingin membinasakan naga itu dengan keris pusakanya.

***
Jaka Budug melangkah perlahan mendekati naga itu dengan sangat hati-hati. Begitu ia mendekat, tiba-tiba naga itu menyerang dengan semburan api. Jaka Budug pun segera melompat mundur untuk menghindari serangan itu. Naga itu terus bertubi-tubi menyerang sehingga membuat Jaka Budug kewalahan. Ketika dalam posisi terpojok dan hampir kalah,Jaka Budug berpikir,jika pertarungan berlangsung terus seperti ini lama-kelamaan ia pasti kalah,kemudian ia mundur menjauh sambil berpikir bagaimana cara mengalahkan naga yang sangat sakti ini.

Tiba-tiba,jaka budug berlari meninggalkan pertarungan menuju ke arah bukit dan mengalinya,hingga menembus gua,setelah tembus ke dalam gua dimana naga itu tinggal,yang terlihat oleh jaka budug adalah tubuh dari naga sakti penjaga daun sirna ganda. Ketika naga itu lengah, Jaka Budug segera menghujamkan kerisnya ke perut naga itu. Darah segar pun memancar dari tubuh naga itu,keadaan ini tidak di sia-siakan oleh jaka budug,dan semakin bersemangat ingin membinasakan naga itu. Ketika naga sakti mengerang kesakitan,dengan gesitnya,jaka budug kembali menusukkan keris ke leher naga itu hingga darah memancar dengan derasnya. Tak khayal naga sakti itu pun tewas seketika di tangan jaka budug.
Setelah memetik beberapa lembar daun sirna ganda di dalam gua, Jaka Budug segera pulang ke istana dengan perasaan gembira. Setibanya di istana, Prabu Arya Seta tercengang hampir tidak percaya ,ketika melihat keberhasilan Jaka Budug. Setelah Jaka Budug menceritakan semua peristiwa yang dialaminya di kaki Gunung Arga Dumadi,ketika melawan naga sakti di dalam gua, barulah Sang Prabu percaya dan terkagum-kagum akan kesaktian dan kecerdikan Jaka Budug.
Jaka Budug kemudian mempersembahkan daun sirna ganda yang diperolehnya kepada Sang Prabu. Sungguh ajaib,Putri Kemuning kembali sehat setelah memakan daun sirna ganda itu. Kini,tubuh Sang Putri kembali berbau harum bagaikan bunga kemuning. Prabu Arya Seta pun menetapkan Jaka Budug sebagai pemenang sayembara tersebut. Sesuai dengan janjinya,Sang Prabu segera menikahkan Jaka Budug dengan putrinya,yaitu Putri Ayu Rara Kemuning. Sebelum pesta pernikahan itu di gelar,Prabu Arya Seta memerintahkan pada Patih Kebo Rejeng untuk mempersiapkan segalanya. Mengingat kondisi Jaka Budug yang kulitnya masih penuh luka kudis,maka Prabu Arya Seta memrintah Patih Kebo Rejeng untuk membersihkan tubuh Jaka Budug.

“Kakang Patih,untuk perayaan pesta pernikahan Putriku dan Jaka Budug,tolong persiapkan segalanya,dan sebelum pernikahan itu di laksanakan,tolong tubuh Jaka Budug di bilasi (bersihkan)(5)

Patih Kebo Rejeng langsung melaksanakan apa yang di perintahkan Prabu Arya Seta,namun ada sebuah kesalah-pahaman akibatkan pendengaran patih Kebo Rejeng yang sudah mulai berkurang karena faktor usia,sehingga ketika di perintah untuk membersihkan (mbilasi) Jaka Budug yang di dengarnya justru agar Tubuh Jaka Budug di telasi (dihabisi) (6). Patih Kebo Rejeng-pun tanpa ragu melaksanakan perintah baginda dengan membunuh Jaka Budug,Patih Kebo Rejeng sadar akan kesaktian Jaka Budug sehingga tidak mungkin bila ia melawanya,maka di carilah berbagai cara untuk membunuh Jaka Budug,ketika Jaka Budug terlena maka keris Patih Kebo Rejeng di hujamkanya ke tubuh Jaka Budug dari belakang. Alhasil,Jaka Budug terkejut melihat apa yang di lakukan Patih Kebo Rejeng,dan tak lama kemudian terkapar bersimbah darah,sebelum tiba ajalnya Jaka Budug sempat berkata bahwa

“Meskipun Aku mati,namun sesuai janji Prabu Arya Seta akan pernikahanku dengan Rara Kemuning,dan karena pernikan itu belum terlakasana,maka Aku hanya mau di kuburkan setelah bersanding dengan Putri Ayu Rara Kemuning.”

Setelah kematian Jaka Budug,serentak isi isatana menjadi gempar,sebelum kabar kematian Jaka Budug tersebar ke seluruh rakyat ringin anom,dengan tergesa-gesa tubuh Jaka Budug segera di makamkan. Keajaiban terjadi,ketika menggali kubur sesuai dengan ukuran tubuh Jaka Budug,namun saat di masukan ke liang lahat tak pernah muat,bahkan sampai di panjangkan beberapa kali tetap saja tidak muat,begitu terus hingga jasad Jaka Budug tidak bisa di makamkan di tempat tersebut(7).

***
Nasi telah menjadi bubur,seluruh istana menjadi bingung dan bersedih,satu-satunya jalan agar jasad Jaka Budug bisa di kuburkan,maka harus di nikahkan terlebih dahulu,dan Putri Ayu Rara Kemuningpun tidak mungkin bila harus menikah dengan Jaka Budug yang sudah menjadi jasad,maka ia berlari meninggalkan istana sambil menangis sejadinya di sbuah gunung (8). Patih Kebo Rejeng yang di perintah untuk membawa pulang Rara Kemuning,memburunya hingga di sebuah gunung,karena terlalu cepatnya Rara Kemuning berlari hingga membuat Patih Kebo Rejeng terpisah darinya dan kehilangan jejak(9).

Selama mengikuti Rara Kemuning Patih Kebo Rejeng hingga kehabisan bekal dan akhirnya kehausan di tengah perjalanan,karena sudah tidak tahan lahi akan rasa hausnya Patih Kebo Rejeng berusaha mengais-ngais tanah untuk mencari air,dan keajaiban terjadi,tanah itu tiba-tiba mengeluarkan mata air (10),kemudian tanpa ragu ia pun langsung meminum air yang baru saja keluar dari dalam tanah itu.

Sementara Rara Kemuning yang tahu sedang di ikuti terus berlari sampai payung yang di bawanya tertinggal di sebuah gunung (11). Karena di buru terus dalam beberapa hari,Putri Ayu Rara Kemuning kelelahan hingga jatuh sakit dan akhirnya meninggal dalam pelarianya.

Patih Kebo Rejeng membawa pulang jasad Rara Kemuning,setelah tiba di istana maka tubuhnya di makamkan bersanding dengan jasad Jaka Budug. Kini jasad Jaka Budugpun dapat dengan mudah di makamkan setelah bersanding dengan Putri Ayu Rara Kemuning di sebuah gunung. Selang berapa lama,setelah jasad Jaka Budug dan Putri Ayu Rara Kemuning di makamkan di gunung liliran (12), Prabu Arya Seta meninggal dunia.

Karena kerajaan Ringin Anom tidak memiliki putra mahkota yang meneruskan dan memegang pemerintahan maka lambat-laun kerajaan itu runtuh dan menghilang tanpa bekas.

____________________________________________________________
____________________________________________________________

Keterangan :

(1). Prabu Arya Seta,Kerajaan Ringin Anom : Prabu Arya Seta,oleh penduduk setempat lebih di kenal dengan nama Ratu Poan,begitu juga dengan kerajaan dimana ia memerintah juga di kenal dengan nama keraton Poan,di sebut demikian karena Keraton Poan berada di daerah Poan (tapatnya dusun Poan,kelurahan Tulakan,kecamatan Sine)


(2). Gunung Dan Bukit : Tempat kerajaan ringin anom berada di daerah lereng gunung lawu dan perbukitan gunung-gunung kecil,seperti gunung warak,gunung bedah dan yang lainya.


(3). Daun Sirna Ganda : Daun Sirna Ganda yang di maksud adalah sebuah daun yang menyerupai daun pisang dan oleh masyrakat sekitar di sebut dengan istilah Daun Gedang (Pisang) Pupus Cinde.


(4). Gua di Gunung Arga Dumadi : Gua ini adalah sebuah gua yang sekarang oleh masyarakat sekitar di gunakan sebagai media irigasi/sebagai saluran air,dan di daerah setempat di kenal dengan nama dung urung-urung.


(5). bilasi (bersihkan) : Membersihkan ulang dalam proses terakhir ketika mencuci. Dan yang di maksud Baginda Raja adalah membersihkan tubuh Jaka Budug yang berlumuran darah naga dan agar penyakit budugnya tampak lebih bersih.


(6). Telasi (Habisi) : Habisi yang di maksud adalah menghabisi nyawa Jaka Budug karena kesalah-pahaman akibat pendengaran Patih Kebo Rejeng sudah mulai berkurang.


(7). Tempat tersebut : Bekas galian yang tidak bisa di gunakan untuk memakamkan jasad Jaka Budug itu panjangnya sekitar 12 meter dan terletak di sebelah barat lapangan bola dusun Gamping. Tempat itu masih terawat hingga sekarang.


(8). Menangis sejadinya di sbuah gunung : Tempat ini merupakan sebuah bukit kecil yang sekarang di kenal dengan nama gunung tangis.


(9). Terpisahdarinya dan kehilangan jejak : Tempat ini sekarang di sebut dengan nama gunung pegat.


(10). Mata air : Mata air itu masih bisa di jumpai dan masih berfungsi hingga sekarang. Oleh masyarakat sekitar di kenal dengan nama Sumber Ngrejeng dan di gunakan untuk kebutuhan mandi dan mencuci setiap hari.


(11). Gunung :Gunung tempat tertinggalnya payung Rara Kemuning itu sekarang bernama Gunung Payung.


(12). Gunung liliran : Gunung dimana jasad Jaka Budug dan Rara Kemuning di makamkan,hingga sekarang tempat itu masih sering di kunjungi banyak orang pada hari-hari tertentu,untuk melakukan ritual dengan maksud dan tujuan berbeda.

Di ambil dari berbagai sumber di internet dan cerita yang di yakini kebenaranya oleh masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2012 Oca Sulistya
Theme by Oca Sulistya