Minggu, 23 Januari 2011

Peran Negara Dalam Globalisasi

Dalam globalisasi ada 3 kekuatan yaitu perusahaan, militer dan negara, serta civil society. Perusahaan berperan mencari keuntungan sebanyak mungkin bagi pemilik modal dan segala cara dilakukan untuk mendapatkan keuntungan.
Mereka membius rakyat melalui iklan-iklan
dan rnengadakan kerja sama dengan pemerintah yang tidak menutup kemungkinan adanya suap menyuap untuk, melancarkan bisnisnya.
James Petras dan Henry Veltmeyer menuliskan betapa kekuatan neoliberalisme yang menghancurkan Argentina ketika dibawah rezim Carlos Menem (1989-1999).

IMF dengan kekuasaannya menjadi kolonial baru yang memberikan hutang lalu menekan agar Argentina menjadi pasar dari produk-produk asing. Akibatnya Argentina yang semula negara makmur menjedi negera miskin. Banyak industri, yang tutup dan hasil bumi dikeruk oleh kekuatan asing. Para pejabat pemerintah dan kelas menengah menambah parah situasi ekonomi, sebab mereka menginginkan dana keluar negeri. IMF pun secara jelas mendikte kebijakan pemerintah agar sesuai dengan kepentingan IMF.

Negara dan militer yang seharusnya melindungi rakyat pada jaman neoliberalisme ini negara tidak lagi mampu melakukan fungsinya. Jurgen Habermas, menyatakan bahwa negara tidak mampu lagi melindungi rakyatnya dari akibat keputusan-keputusan yang dilakukan oleh pelaku diluar batas negaranya. Susan Strange, mengatakan bahwa kebijakan-kebijakan negara diputuskan oleh IMF, WB dan MNC. Menurut Gidens, secara sederhana pemerintah lebih berperan dalam bidang administratif atau pengawasan. Tapi semua itu tidak dilakukan sepenuhnya, sebab pengawasan jugs dilakukan oleh NGO-NGO nasional maupun internasional. Militer berperan sebagai penjaga atau menciptakan stabilitas negara agar terbangun suasana aman dan kondunsif, sehingga MNC depat menanarnkan modal dengan leluasa misalnya membatasi pergerakan buruh dan kaum miskin. Secara tidak langsung militer turut menjaga MNC untuk berkuasa dan mengeruk kekayaan negara.

Peran pemerintah semakin kabur ketika pemerintah dikuasai oleh pelaku bisnis seperti yang terjadi di Argentina ketika dikuasai oleh rezirn Carlos Menem. Mereka mengadakan kerja sama dengan MNC dan mendapatkan keuntungan dari kerjasama itu untuk kepentingan diri mereka. Segala kekayaan itu disimpan dalam bank-bank asing, sehingga setiap tahunnya jutaan dollar mengalir ke bank-bank asing. Demi menjaga relasi dengan MNC, sehingga mereka tidak menarik diri pada sebuah negara, maka pemerintahpun tega mengorbankan rakyatnya dengan aneka manipulasi.
Di Indonesia kasus semacam ini tampak dalam kasus teluk Buyat, Freeport, Exxon Mobil di blok Cepu dan sebagainya, dimana rakyat dikalahkan. Seandainya pemerintah peduli pada rakyat, maka pemerintah mengadakan pembatasan berdirinya mall seperti Carrefour di tengah kota.
Di beberapa kota di Eropa pendirian mall bahkan diletakkan di tepi kota. sebaliknya di Surabaya pendirian mall terus bertumbuh di tengah kota, sedangkan pasar-pasar tradisional digusur ke tepi kota dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal. Akibat maraknya mall dan pasar swalayan di tengah kota maka banyak toko-toko kecil dan menengah yang terpaksa gulung tikar sebab kalah bersaing. Apalagi toserba seperti Alfamart, Indornart dan sejenisnya tumbuh bagaikan jamur di tengah-tengah perkampungan padat dan perumahan-perumahan yang mengakibatkan tutupnya warung-warung kecil.

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2012 Oca Sulistya
Theme by Oca Sulistya